Saturday, June 2, 2012

Ukuran Status Sosial

Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. (Soekanto, 1990:254) Teori yang dimaksud ini mungkin benar sesuia dengan tuntunan agama, dimana setiap hamba Allah dipandang memiliki derajat yang sama kecuali dalam hal keimanan dan ketakwaan
.
Pandangan tersebut dapat berbeda di tiap masyarakat sesuai penghargaan terhadap sesuatu. Kalau suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan, misalnya, maka mereka yang lebih banyak mempunyai kekayaan material akan menempati kedudukan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan fihak-fihak lain. (Soekanto, 1990:251)

Terkadang pandangan itu berbeda-beda pula dalam kelompok yang lebih kecil di daerah yang sama, dimana terdapat sebagian orang lebih menghargai kekayaan, dan sebagian lagi lebih menghargai keimanan dan pengamalan yang baik terhadap ilmu yang dimiliki. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 79-80 :
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ ﴿٧٩﴾ وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِّمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ ﴿٨٠﴾
Artinya : 79.Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” 80. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.”

a.Status sosial berdasarkan ekonomi (kekayaan) Socio economic status
Kaya dan miskin merupakan dua kata antonim yang saling berlawanan, jika seseorang sudah tidak miskin berarti orang itu dapat dikatakan kaya. Untuk dapat mengetahui orang miskin dapat diukur berdasarkan pendapatan perkapita/penghasilan masing-masing senilai kurang dari 320 kg beras pertahun. (Jondar dan Surbakti, 2003:97) Apabila harga beras Rp.5.000/kg, maka seseorang harus menghasilkan Rp.1.600.000/tahun untuk dapat dikatakan kaya.

Akan tetapi, dalam perkembangan zaman terdapat ukuran perbulan. Sebagaimana data garis kemiskinan (rp/kapita/bulan) untuk provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 di daerah perkotaan adalah Rp.234.546/kapita/bulan, sedangkan di daerah pedesaan adalah Rp.206.275/kapita/bulan. (Badan Pusat Statistik, 2011:50-51)
Dalam hal ini seorang pekerja kasar tanpa keahlian dapat dikatakan kaya. Sebagaimana data upah minimum menurut provinsi (UPM) untuk provinsi Jawa Timur pada tahun 2011, yaitu Rp.705.000/bulan. (Badan Pusat Statistik, 2011:30)

Kiranya kurang benar apabila dipandang dari segi penghasilan saja. Oleh karena itu, kemudian Jondar dan Surbakti (2003:97) melanjutkan “tolak ukur kebutuhan relatif perkeluarga yang batasan-batasannya dibuat berdasarkan kebutuhan minimal yang harus dipenuhi sebuah keluarga agar dapat melangsungkan kehidupannya secara sederhana tetapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak. Misalnya sewa
rumah, pendidikan anak dan sebagainya.”

Kebutuhan hidup minimum selama sebulan untuk provinsi Jawa Timur pada tahun 2007, yaitu Rp.458.755. (Badan Pusat Statistik 2009:23) Untuk kebutuhan hidup minimum ini Badan Pusat Statistik (2011:59) pada tahun 2011 menyebutnya dengan “pengeluaran rata-rata per kapita sebulan” yaitu, Rp.486.426/kapita/bulan.

Apabila penghasilan seseorang dianggap lebih untuk mencukupi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Maka, pemerintah Indonesia merasa perlu membebankan pajak untuk pemerataan kesejahteraan masyarkat. Ketetapan besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) setahun adalah :
•Wajib Pajak sendiri : Rp 15.840.000,00
•Wajib Pajak kawin : Rp 17.160.000,00
•Wajib Pajak kawin & Memiliki 1 tanggungan : Rp 18.480.000,00
•Wajib Pajak kawin & Memiliki 2 tanggungan : Rp 19.800.000,00
•Wajib Pajak kawin & Memiliki 3 tanggungan : Rp 21.120.000,00 (Direktorat Jendral Pajak, 2011:5)
Dari sini status sosial seseorang berdasarkan ekonomi dapat kita bedakan menjadi tiga tingkat, yaitu :
1.Miskin : seseorang dengan penghasilan di bawah Rp.500.000/bulan
2.Kaya : seseorang dengan penghasilan di atas Rp.500.000/bulan
3.Sangat kaya : seseorang dengan penghasilan yang melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP)

Ukuran kekayaan tersebut juga dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya. (Soekanto, 1990:263) Dimana kepemilikan barang tersebut sebagai simbol atas kemampuan ekonomi.

b.Ukuran status sosial berdasarkan pendidikan (ilmu pengetahuan)
Lembaga pendidikan seperti sekolah, pada umumnya merupakan saluran kongkrit gerak sosial vertikal. (Soekanto, 1990:280) Sehingga seseorang dapat memperoleh penghasilan lebih besar dengan tingkat kedudukan yang diusahakan.
Status sosial seseorang berdasarkan pendidikan terakhir yang ditamatkan dapat kita bedakan menjadi lima jenjang pendidikan, yaitu ; tidak tamat SD, SD (Sekolah Dasar), SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir), dan Perguruan Tinggi. (Badan Pusat Statistik, 2009:17)

Refrensi :
1. Al-Qur'an
2. Badan Pusat Statistik, 2009. Trends of Selected Socio Economic Indicators of Indonesia. Jakarta : CV Liwariz Darta Pratama
3.___.2011. Trends Of Selected Socio Economic Indicators Of Indonesia. Jakarta : TP
4.  Jondar, Aloysius dan Ramlan Surbakti. 2003. Konsep-konsep Sosiologi dan Politik. Surabaya: Lutfansah Mediatama.
5.  Soekanto, Sarjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Status Sosial orang tua

1. status sosial orang tua
Status sosial orang tua merupakan gabungan dari dua istilah yang masing-masing terdiri dari dua kata, yaitu status sosial dan orang tua. Oleh karena itu penulis memandang perlu untuk menjelaskan kedua istilah tersebut sehingga memudahkan bagi penulis dalam memberikan pengertiannya secara utuh yang mendekati kebenaran.
Dalam bahasa indonesia “status” sama artinya dengan “posisi” atau “kedudukan”. Tetapi maknanya jelas berbeda. Status berhubungan dengan stratifikasi sosial, sedangkan posisi berhubungan dengan situasi. (Gunawan, 2000:41)
Secara istilah, Jondar dan Surbakti (2003:25) mengatakan bahwa “status sosial, yaitu kedudukan individu dalam pergaulan hidup manusia dalam masyarakat. Status sosial seseorang merupakan aspek statis berupa derajat atau tingkat kedudukan seseorang dalam masyarakat, dan mempunyai ciri serta perbedaan dengan status sosial yang lain.”
Sedangkan menurut Soekanto, status sosial adalah tempat (kedudukan) seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. (Soekanto, 1990:264)
Dalam istilah yang kedua, Ahmadi dan Uhbiyati (2001:117) mengatakan bahwa “orang tua adalah pemimpin keluarga, sebagai penanggung jawab atas keselamatan keluarganya di dunia dan khususnya di akhirat dari api neraka.”
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa status sosial orang tua adalah kedudukan berupa derajat atau tingkat yang dimiliki oleh pemimpin keluarga secara umum dalam masyarakatnya sehubungan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, kehormatannya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

2. teori Status sosial
Perilaku seseorang dalam kehidupan bermasyarakat ikut ditentukan oleh adanya rambu-rambu atau norma-norma yang menjadi acuan untuk berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat. (Jondar dan Surbakti, 2003:25) Adanya rambu-rambu dan norma-norma tersebut menuntut seseorang yang memiliki status sosial harus mampu untuk melaksanakan peran dengan status sosial yang disandangnya, atau setidak-tidaknya dianggap pantas untuk mendudukinya.
Dalam hal ini dikemukakan beberapa kemungkinan seseorang memperoleh status sosial, yaitu :
1.Ascribed Status yaitu status sosial yang diperoleh atas dasar keturunan. Pada umumnya status ini banyak dijumpai pada masyarakat yang menganut stratifikasi tertutup.
2.Acheved status yaitu status yang diperoleh atas dasar usaha yang disengaja. Status ini bersifat lebih terbuka dimana individu dan segenap anggota masyarakat berhak dan bebas menentukan kehendaknya sendiri dalam memilih status tertentu sesuai dengan kemampuannya.
3.Assigned status yaitu status status yang diberikan kepada seseorang karena jasanya. Status ini sering mempunyai hubungan erat dengan Acheved status. (Jondar dan Surbakti, 2003:58-59)
Akan tetapi, apabila status sosial dipisahkan dari individu yang memilikinya, kedudukan hanya merupakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Karena hak dan kewajiban termaksud hanya dapat terlaksana melalui perantaraan individu, maka agak sukar untuk memisahkannya secara tegas dan kaku. (Soekanto, 1990:265) Oleh karena itu dimana dijelaskan tentang teori status sosial, maka dijelaskan juga tentang peran sosial.
Sebagaimana Ralph Linton (dalam Gunawan, 2000:40) yang menjelaskan bahwa “status memiliki dua arti :
1.Dalam pengertian abstrak (berhubungan dengan individu yang mendudukinya), status ialah suatu posisi dalam pola tertentu.
2.Dilihat dari arti lainnya (tanpa dihubungkan dengan individu yang mendudukinya), secara sederhana status itu dapat dikatakan sebagai kumpulan hak- hak dan kewajiban.”
Kemudian dari masing-masing status sosial individu tersebut digolongkan menjadi beberapa kelompok yang disebut kelas sosial (social class). Sebagaimana Poloma (dalam Jondar dan Surbakti, 2003:59) mengatakan bahwa “kelas sosial adalah pengelompokan orang yang menduduki posisi sosial yang sama sehubungan dengan kekuatan atau beberapa bentuk khusus dari kekuasaan, privelise, atau prestise yang terlembaga; orang-orang yang saling berhubungan satu sama lain karena kepentingan yang sama (misalnya, pemilikan kekayaan, uang).”
Mengenai masalah timbulnya kelompok sosial itu ada beberapa pendapat. Menurut William Mc. Dongall (dalam Ahmadi, 2004:78) berpendapat bahwa “kelompok sosial itu terjadi karena individu-individu terdapatlah instinct sosial, gregarious instinct, jadi merupakan manifestasi daripada instinct sosial.” Sedangkan Giddings (dalam Ahmadi, 2004:79) mengatakan, kelompok sosial itu timbul karena adanya “consciousness of kind”, kesadaran atas barang pada jiwa manusia.
John L. Gillin mengklasifikasi kelompok tersebut atas dasar fungsinya, sebagai berikut :
1.Kelompok persamaan darah (blood group), misalnya : keluarga, clan, kasta.
2.Kelompok berdasarkan karakteristik jasmaniah atau mental : sama jenis sexnya, sama umur, sama rasnya.
3.Kelompok Proximilitas : crowds, mobs, communitu, kelompok-kelompok teritoral.
4.Kelompok berdasarkan interest kulturil : congenialitas, ekonomi, teknologi, agama, asthetik, intelektuil, pendidikan, politik, relasi, dan sebagainya. (dalam Ahmadi, 2004:83)
Kelas-kelas tersebut dibedakan lagi menurut tingkatannya yang dinamakan sebagai stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial adalah sejumlah orang yang sama statusnya menurut penilaian masyarakat dinamakan “stratum” (lapisan), dan penggolongan masyarakat menurut strata (kata jamak dari stratum) hierarkinya disebut stratifikasi sosial. (Mayor Polak dalam Gunawan, 2000:38) Misalkan stratifikasi dalam status sosial berdasarkan ekonomi, Aristoteles (dalam Soekanto, 1990:251) mengatakan “di dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat, dan yang berada di tengah-tengahnya.” Atau seperti Plato (dalam Gunawan, 2000:40) yang “mengusulkan adanya tiga strata dalam negara, yaitu kaum filusuf, militer, serta pedagang dan petani. Kaum filusuf berada di lapisan teratas karena pandai dan berhak memegang tampuk pimpinan/pemerintahan”

Refrensi :
1.  Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. (Ed. Ke-2). Jakarta: Asdi Mahasatya.
2. Ahmadi, Abu dan Nur Urbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. (Ed. Ke-2). Jakarta: Rineka Cipta.
3. Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
4.  Jondar, Aloysius dan Ramlan Surbakti. 2003. Konsep-konsep Sosiologi dan Politik. Surabaya: Lutfansah Mediatama.
5. Soekanto, Sarjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Monday, May 7, 2012

Pengaruh Status Sosial Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa (edisi revisi-4/sepenting ACC)


A. Latar Belakang Masalah

Semenjak dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawan, sehingga dia disebut social animal. (Soekanto, 1990:27) Manusia sebagai mahluk sosial, mempunyai ketergantungan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Manusia sebagai mahluk sosial juga senang bergaul dengan teman-temannya, dan hidup bersama dalam masyarakat.


Masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. (Soemardjan dan Soemardi dalam Gunawan, 2000:4). Manusia dituntut untuk mengembangkan diri sebagai makhluk sosial untuk hidup bersama masyarakat. Untuk mempelajari pandangan hidup bermasyarakat, manusia hidup bersama pertama-tama dalam bentuk yang lebih kecil atau miniatur dari pada masyarakat. Sebagaimana Ahmadi dan Uhbiyati, (2001:65-66) mengatakan : “Keluarga merupakan miniatur dari pada masyarakat dalam kehidupan anak, maka pengenalan kehidupan keluarga sedikit atau banyak pasti akan memberi warna pada pandangan anak terhadap hidup bermasyarakat. Dan juga corak kehidupan pergaulan di dalam keluarga akan ikut menentukan atau mempengaruhi perkembangan diri anak.”


Keluarga merupakan kunci sistem stratifikasi dan mekanisme sosial yang memeliharanya. (J.
Good dalam Hasyim dan Simamora, 1985:162) Artinya, kedudukan utama setiap keluarga ialah fungsi pengantara pada masyarakat besar, sebagai penghubung pribadi dengan struktur sosial yang lebih besar.



Keluarga itu terdiri dari pribadi-pribadi, tetapi merupakan bagian dari jaringan sosial yang lebih besar. Sebab itu kita selalu berada dibawah pengawasan saudara-saudara kita, yang merasakan bebas mengkritik, menyarankan, memerintah, membujuk, memuji, atau mengancam, agar kita melakukan kewajiban yang telah ditetapkan kepada kita. Laki-laki yang telah mencapai kedudukan tinggi biasanya menyadari bahwa sekalipun mereka pernah tetap tunduk terhadap kritik orang tua, tetapi akan tetap marah dan terluka jika dihina saudaranya. (J. Good dalam Hasyim dan Simamora, 1985:4) Jelasnya bahwa orang tua lebih memiliki peranan dan pengaruh bagi seorang anak dalam keluarga, dari pada saudara-saudaranya.


Dalam kehidupan keluarga, ayah sebagai kepala keluarga lebih besar tanggung jawabnya untuk memberi nafkah, memberi pakaian, membimbing, dan hal lain yang dibutuhkan. Sedangkan peran ibu adalah membantu tanggung jawab ayah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti : mengatur rumah tangga, menyediakan makanan, merawat, mempersiapkan sarapan, pakaian dan sebagainya.


Biasanya adalah ayah yang wajib mencari penghasilan. Seorang ibu, apabila penghasilan ayah tidak mencukupi, turut pula mencari penghasilan tambahan. Yang jelas adalah bahwa pola pendidikan anak mengalami perubahan. Sebagian dari pendidikan anak-anak benar-benar diserahkan kepada lembaga-lembaga pendidikan diluar rumah seperti di sekolah. (Soekanto, 1990:413) Di Indonesia memang hampir dapat dikatakan mengenai urusan pendidikan sepenuhnya diwakilkan ke sekolah. Pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang diberikan di sekolah, merupakan kelanjutan dari apa yang diberikan dalam keluarga. Seperti halnya orang tua, guru di sekolah selain bertugas untuk mengajar, juga memiliki peran sebagai pengganti orang tua dalam mendidik siswa-siswinya.

Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Sebagaimana Dimyati dan Mudjiono (2006:80) yang mengutip dari  Koeswara, Siagian, Schien, Biggs dan Telfer mengatakan bahwa “siswa belajar karena didorong oleh Kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar.”

Dari uraian diatas, motivasi belajar sepertinya merupakan modal pokok untuk dapat meraih sukses dalam belajar. Banyak cara untuk mendapatkan motivasi ini, namun yang mungkin paling menentukan motivasi belajar tersebut adalah motivasi dari orang tua.

Orang tua siswa yang berstatus sosial ekonomi tinggi, tidaklah banyak mengalami kesulitan untuk membeli buku-buku pelajaran, pensil, penggaris yang diperlukan dalam belajar. Siswa yang berasal dari keluarga kaya lebih mempunyai kesempatan untuk berkreasi dan dapat terpenuhi kebutuhannya. Selain itu, orang tua dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga memungkinkan untuk lebih percaya diri pada kemampuan mereka untuk membantu anak-anak mereka dalam proses belajar.


Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita temukan adanya kesenjangan sosial orang tua yang berakibat pada pendidikan yang seharusnya dimiliki anak. Misalnya, pendidikan anak cenderung terbengkalai apabila orang tua sibuk dengan pekerjaannya. Seperti halnya anak seorang perantau atau anak dari TKI yang meninggalkan anak di negeri asalnya. Selain status pekerjaan orang tua ada juga status pengalaman dan keilmuan orang tua yang berpengaruh pada keberhasilan siswa dalam belajar. Contoh: Siswa yang berasal dari keluarga yang orang tuanya berstatus sarjana. Kedisiplinan belajar mereka dalam pendidikan lebih diperhatikan. Misalnya, anak dari seorang guru mempunyai jadwal tertentu untuk belajar dirumah dan diberi waktu khusus untuk keluar rumah. Sedangkan anak yang orang tuanya hanya berijazah SD atau yang tidak sekolah sama sekali kurang memperhatikan kedisiplinan anak dalam belajar.


Ketika orang tua yang status ekonomi rendah tidak mampu memenuhi biaya kebutuhan dalam proses belajar anak seperti buku pelajaran. Serta orang tua yang status pendidikan rendah kurang memberi bimbingan dan pembinaan dalam proses belajar anak. Hal ini tentu mempengaruhi terhadap motivasi anak dalam belajar.


Refrensi :
1.  Ahmadi, Abu dan Nur Urbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. (Ed. Ke-2). Jakarta: Rineka Cipta.
2.  Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. (Ed. Ke-3). Jakarta: Asdi Mahasatya.
3. Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:  Rineka Cipta.
4   J. Good, william  Tanpa tahun. Terjemah oleh Hasyim, Lailanoum dan Sahat Simamora. 1985. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bina Aksara
5. Soekanto, Sarjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Saturday, November 5, 2011

mata kuliah dasar-dasar pendidikan

Potensi pendidikan terkait dengan aspek-aspek kehidupan, pendidikan penting karena karena menyediakan wahana yang telah teruji untuk implementasi nilai-nilai masyarakat yang berubah dan hasrat masyarakat yang muncul yang menimbulkan nilai-nilai baru. Seperti kaca merefleksikan masyarakat, pendidikan tidak menciptakan hari esok tetapi dapat mencerminkan kebudayaan yang berubah dan menyiapkan anak-anak untuk berperan serta secara lebih efektif dalam usaha terus-menerus untuk mendapat jalan hidup yang lebih baik.
Pendek kata, pendidikan secara potensial penting karena: (1)  pendidikan adalah satu cara yang mapan untuk memperkenalkan sipelajar (Learners) pada keputusan sosial yang timbul; (2) pendidikan dapat dipakai untuk menanggulangi masalah tertentu; (3) pendidikan telah memperlihatkan kemampuan yang meningkat untuk menerima dan mengimplementasikan alternatif-alternatif baru; (4) pendidikan  barangkali merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh masyarakat untuk membimbing perkembangan pada setiap anak dan karena itu dia terdorong untuk memberikan kontribusi pada kebudayaan hari esok.
Sebagaimana termaktub dalam  Garis-garis Besar Haluan Negara yang materinya meliputi Pembangunan Nasional, Pembangunan Jangka Panjang Kedua, Pembangunan Lima Tahun Keenam, dapat diketahui bahwasannya pembangunan nasional negara Indonesia merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
            Maka dengan demikian pembangunan memiliki arti yang luas yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan aspek pertahanan keamanan bahkan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Dari pengertian tersebut pentingnya pembangunan bagi pendidikan tidak dapat dipungkiri lagi, secara terbalik dapat dikatakan bahwa pendidikan memiliki arti penting bagi pembangunan. Oleh karena itu upaya pembangunan pendidikan masih perlu terus dilanjutkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga menghasilkan manusia pembangunan yang berkualitas.
            Pembangunan dalam arti yang lebih luas dan umum adalah dunia yang kita tinggali bersama. Dalam perkembangannya umat kita telah mencapai enam puncak prestasi (watershed) yang bersejarah dan hampir sampai pada pencapaian ketujuh. Kita patut bangga dalam hal ini, akan tetapi permasalahan-permasalahan manusia tidak berkurang sama sekali bahkan seperti semakin bertambah.

SARAN-SARAN

  1. Banyak masalah-masalah yang terkait dengan pembangunan dapat diatasi dengan mendidik masyarakat agar mampu menghadapi dan menanggulangi masalah tersebut. Akan tetapi pendidikan terkait dengan lingkungan sepertinya perlu untuk terus diakan perkembangan baru menuju arah yang lebih baik.
  2. jika mungkin kita dapat mengetahui dimana kita berada, kemana kita akan pergi, maka kita mungkin dapat menimbang dengan lebih baik apa yang harus dikerjakan dan bagai mana mengerjakannya.
  3. jika kita menganggap kesenangan material kita adalah suatu kebutuhan hidup yang sangat diperlukan, maka kita akan mempertaruhkan dunia ini sampai pada titik dimana anak-anak kita tidak dapat lagi menyelamatkannya. mungkin ini adalah cara untuk menambah kekuatan kita dalam menciptakan hari esok yang lebih baik

Friday, October 28, 2011

makalah PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

ini Adalah makalah pertama saya. wow, penuh kenangan dan semraut.

PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

A. Latar Belakang Masalah
          Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu penekanan dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:
“Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.[1]
Dengan adanya undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu bidang pendidikan haruslah tetap menjadi prioritas dan menjadi orientasi untuk diusahakan perwujudan sarana dan prasarananya terutama untuk sekolah. Salah satu tugas pokok sekolah adalah menyiapkan siswa agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Seorang siswa dikatakan telah mencapai perkembangannya secara optimal apabila siswa dapat memperoleh pendidikan dan prestasi belajar yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minat yang dimilikinya.
Sebagaimana hukum-hukum agama dan hukum-hukum pemerintah dibuat untuk dipatuhi, maka demikian pula dengan aturan-aturan sekolah dibuat untuk dipatuhi. Dalam ajaran Islam banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist yang memerintahkan untuk patuh dan taat pada peratuan yang telah ditetapkan, antara lain Surat An Nisa Ayat 59 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu…...”[2]
Patuh adalah faktor yang sangat penting agar suatu proses berjalan secara optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan baik dalam pemerintah, organisasi, pendidikan, maupun bentuk-bentuk berkelompok lainnya. Kemudian, ‘patuh’ lebih populer dengan kata ‘displin’ di masa-masa sekarang.
Bermacam-macam usaha untuk menanamkan nilai ataupun memaksa agar siswa memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Hampir dapat dipastikan motivasi adalah bagian utama dalam usaha tersebut, sekaligus prestasi siswa juga merupakan motivasi itu sendiri. Akan tetapi umat Islam lebih mengenal motivasi untuk patuh terhadap peraturan dengan surga dan neraka, termaktub dalam surat At-Taubah ayat 111 yang artinya :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka……...”2
           
B. Rumusan Masalah
            Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa. ?
2. Adakah pengaruh disiplin terhadap prestasi belajar siswa. ?
3. Seberapa besar pengaruh motivasi dan disiplin terhadap prestasi belajar secara bersama-sama siswa. ?

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dillakukan dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh disiplin terhadap prestasi belajar siswa.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi dan disiplin secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa.
C. Asumsi-asumsi penelitian
            Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru”[3] Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa angka atau huruf.
Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yangdikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar.3
            Menurut Slameto ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar anak antara lain :
1. Faktor – faktor Intern
a. Faktor jasmaniah meliputi faktor Kesehatan, faktor Cacat tubuh.
b. Faktor psikologis meliputi faktor Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat, Motif, Kematangan, Kesiapan.
c. Faktor Kelelahan meliputi, Kelelahan jasmani,Kelelahan rohani (bersifat psikis) yaitu kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan kecenderungan membaringkan tubuh, kelelahan rohani terliahat dengan adanya kebosanan sehingga minat belajar kurang.
2. Faktor – faktor Ekstern
a. Faktor keluarga meliputi, Cara orang tua mendidik, Relasi antar anggota keluarga, Suasana rumah, Keadaan ekonomi keluarga, Pengertian orang tua, Latar belakang kebudayaan.
b. Faktor Sekolah meliputi, Metode mengajar, Kurikulum, Relasi guru dengan siswa, Relasi siswa dengan siswa, Disiplin sekolah, Alat pelajaran, Waktu sekolah, Standart pelajaran di atas ukuran, Keadaan gedung, Metode belajar, Tugas rumah
c. Faktor masyarakat mliputi, Kegiatan siswa dalam masyarakat, Mass media, Teman bergaul, Bentuk kehidupan masyarakat.[4]
Sedangkan Syah secara global menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar(approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran mater – materi pelajaran.[5]
Disiplin secara etimologi berasal dari bahasa latin “disibel” yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mangalami perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. Sedangkan disiplin diri merujuk pada pelatihan yang didapat seseorang untuk memenuhi tugas tertentu, walaupun orang tersebut lebih senang melakukan hal yang lain. [6] Sebagai contoh, seorang siswa mungkin saja tidak melakukan sesuatu yang menurutnya memuaskan dan menyenangkan dengan menghabiskan waktunya berada ditempat bermain playstation dan lebih memilih untuk masuk sekolah. Dalam hal ini, berbagai macam usaha-usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar siswa memiliki kemampuan untuk menaati peraturan sekolah. Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu terkait dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Masalah disiplin yang dibahas dalam penelitian ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah..
Makna kata disiplin dapat dipahami dalam kaitannya dengan latihan yang memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan dan sistem aturan tata laku. Sebagaimana Arikunto menyatakan, di dalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang menjadi siasat. [7]
Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.[8] Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.[9] Lebih khusus terhadap pendidikan, Max menyebutkan Indikator dari motivasi adalah Cita-cita, Kemampuan belajar, Kondisi siswa, Kondisi lingkungan, Unsur-unsur dinamis dalam belajar, Upaya guru membelajarkan siswa.[10]
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik suatu kerangka berpikir, dengan bagan sebagai berikut:
 






















D. Hipotesis Penelitian
            Berdasarkan asumsi-asumsi penelitian sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
  1. Disiplin berhubungan signifikan dengan prestasi belajar.
  2. Motivasi berhubungan signifikan dengan prestasi belajar.
  3. Disiplin dan motivasi secara bersama-sama berhubungan signifikan dengan prestasi belajar.


[1] Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional. http://www.slideshare.net/srijadi/uu-no-20-2003-sistem-pendidikan-nasional (diakses 24 April 2011)
[2] Quran Player versi 2.0.1.0, Copyright © 2005 : Wawan Sjachrianto
[3] Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo. Hal. 75-81
[4] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya . Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 54-71
[5] Syah, Muhibin. 1995. Perkembangan Pendidikan . Bandung: Rosdakarya. Hal. 144
6 Disiplin. http://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin (diakses 24 April 2011)
[7] Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal 114
[8] (inggris)Mitchell, T.R. 1997. Research in Organizational behavior. Greewich, CT:JAI Press. hal.60
[9] Robbins, Stephen P, Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta :Salemba Empat. Hal. 222
[10] Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: PT. RinekaCipta. Hal. 90-92

Wednesday, August 17, 2011

Kata-kata mutiara

Berikut ini adalah kata mutiara yang telah saya edit. jika kamu adalah teman facebook atau teman funbook ku kata-kata ini mesti tidak asing lagi bagi kalian. karena saya sering menulisnya di status :
______________
Bismillah
Kulakukan karena akan menjadi teman sejati
kutinggalkan karena akan menjadi fitnah pada diri
segalanya kusandarkan kepada-Nya
segala kebaikan akan kumulai dengan menyebut nama-Nya


Tentang saya
saya adalah diri saya dan lainnya
semua sama dan milik-Nya
sesuatu bukan hanya yang terlihat dan terasa
semua untuk diterima

Politik spiderman split personaliti
kuasa bersar bersama tanggung jawab besar
kesadaran dan penyesalan terhadap keinginan buruk mengurungkan hasrat

Avatar Ang
Munculkan keberanianmu
begitulah sang pengendali

kesempurnaan manusia
celah dalam diri
titik kecil untuk kerendahan hati
alasan untuk memperbaiki
dan penerimaan terhadap takdir Ilahi

Kebiasaan lampau
dengan alasan apa pun
terlarang tetap terlarang
dengan pembenaran apa pun
salah tetap salah
dengan pembersih apa pun
noda telah membekas
dengan penyesalan apa pun
perbuatan telah berakibat

Si keparat sok baik
Aku adalah orang yang buruk
segala kebaikanku adalah kelakuan buruk yang tertunda
Aku adalah orang yang sakit
setiap kesembuhanku tidak berlangsung lama
Aku adalah orang yang tamak
karena aku tidak pernah merasa cukup

ruang kosong dalam hati
Dia ciptakan aku dan ruang dalam diriku
aku ingin tempat itu penuh dengan cahaya-Nya
amien...

Kembali suci
Aku ingin perasaan ini tetap ada
ketika aku terbebas dari kehidupan ini
sampai aku kembali tetap pada mulanya

Orang asing
banyak orang yang berhati baik tetapi bermaksud jahat
kalau demikian biarlah aku yang berhati jahat tetapi bermaksud baik.
karena orang yang bermaksud baik biasanya sering melaksanakan niatnya

pergilah kau cinta
Aku tidak bisa merasakan jalan yang pernah kumiliki
jangan kau tolehkan mukamu padaku
aku tidak bisa untuk tidak menghiraukan
waktu dapat menyembuhkan sakitku
jangan kau palingkan dirimu padaku
aku tidak membutuhkanmu
lupakan semua ingatan tentang hal itu
apapun yang kau perbuat untuk merubahku

Thursday, July 28, 2011

Islam, Iman, Ihsan

Islam (dari kata salam yang berarti “pasrah”, ”damai”, ”selamat”). Ajaran agama Islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad antara tahun 610-632M. Nama dari ajaran agama ini dinyatakan di dalam ayat al-Qur’an (5:3) yang diwahyukan pada haji wada’(perpisaha): “pada hari ini telah Aku sempurnakan agama-Ku untukmu, dan Aku merestui Islam ini sebagai agama bagimu”.

Selain digunakan sebagai nama agama, kata “Islam” juga digunakan pengertian teknis bersama dua istilah lainnya, yakni Islam, Iman, Ihsan, ketiganya merupakan aspek fundamental dari agama ini. Dalam istilah ini Islam mengandung pengertian yang sama dengan ibadah, yang mencakup segala macam perbuatan kebajikan, lima rukun Islam, dan ketundukan terhadap syari’at.

Iman (“keyakinan”) didefinisikan sebagai keyakinan terhadap: Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat, takdir yang baik maupun yang buruk.

Ihsan (“kebajikan”;”baik sekali,”menjadikan sesuatu indah/cantik”) pengaertian Ihsan adalah “mengabdi kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya tetapi jika tidak melihat, maka sadarlah bahwa sesungguhnya Allah melihat engkau”.

Sahih muslim nomer 8
حدثني أبو خيثمة زهير بن حرب حدثنا وكيع عن كهمس عن عبد الله بن بريدة عن يحيى بن يعمر ح وحدثنا عبيد الله بن معاذ العنبري وهذا حديثه حدثنا أبي حدثنا كهمس عن ابن بريدة عن يحيى بن يعمر قال كان أول من قال بالقدر بالبصرة معبد الجهني فانطلقت أنا وحميد بن عبد الرحمن الحميري حاجين أو معتمرين فقلنا لو لقينا أحدا من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فسألناه عما يقول هؤلاء في القدر فوفق لنا عبد الله بن عمر ابن الخطاب داخلا المسجد فاكتنفته أنا وصاحبي أحدنا عن يمينه والآخر عن شماله فظننت أن صاحبي سيكل الكلام إلي فقلت يا أبا عبد الرحمن إنه قد ظهر قبلنا ناس يقرءون القرآن ويتقفرون العلم وذكر من شأنهم وأنهم يزعمون أن لا قدر وأن الأمر أنف قال فإذا لقيت أولئك فأخبرهم أني بريء منهم وأنهم برآء مني والذي يحلف به عبد الله بن عمر لو أن لأحدهم مثل أحد ذهبا فأنفقه ما قبل الله منه حتى يؤمن بالقدر ثم قال حدثني أبي عمر بن الخطاب قال بينما نحن عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر لا يرى عليه أثر السفر ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه وقال يا محمد أخبرني عن الإسلام فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله صلى الله عليه وسلم وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا قال صدقت قال فعجبنا له يسأله ويصدقه قال فأخبرني عن الإيمان قال أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره قال صدقت قال فأخبرني عن الإحسان قال أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك قال فأخبرني عن الساعة قال ما المسئول عنها بأعلم من السائل قال فأخبرني عن أمارتها قال أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان قال ثم انطلق فلبثت مليا ثم قال لي يا عمر أتدري من السائل قلت الله ورسوله أعلم قال فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم